Apa itu Examen?
Santo Ignasius dari Loyola mengadaptasikan Examen sebagai doa singkat (15 menit) yang dilakukan 2 kali sehari kapan pun, di mana pun (yang paling sesuai). Sebagian besar orang senang melakukan Examen ketika istirahat makan siang dan di malam hari ketika hendak tidur. Saat makan siang, Anda melihat kembali bagaimana hari itu berjalan dari pagi hingga siang hari sambil menyiapkan diri menjalani separo hari sisanya. Di malam hari, Anda melihat kembali harimu dari siang (ketika makan siang) hingga saat Anda melakukan Examen malam ini dan menyiapkan diri menyambut hari esok.
Dalam Examen, kita memutar kembali pengalaman masa lalu yang baru saja kita alami untuk menemukan Tuhan yang hadir dan berkat-berkat yang dianugerahkan-Nya dalam hidup kita. Kita juga melihat kembali momen- momen dalam sehari di mana mungkin kita dilukai oleh pengalaman tertentu, atau saat-saat di mana kita jatuh berbuat dosa atau kesalahan. Kita bersyukur atas berkat-berkat yang kita terima. Kita mohon ampun atas kerapuhan dan mohon disembuhkan dari luka-luka yang dialami. Setelah merefleksikan hari yang berlalu, kita juga menatap hari esok dan memohon agar Tuhan menunjukkan tantangan dan peluang yang mungkin dapat kita alami. Kita memohonkan rahmat-rahmat yang sekiranya dibutuhkan untuk menjalani hari esok dengan lebih baik: kesabaran, kebijaksanaan, penguasaan diri, kedamaian, optimisme, dll. Kita percaya bahwa Tuhan menghendaki agar hari kita berjalan baik.
Disarankan agar Examen dibuat tidak lebih dari 15 menit. Salah satu ciri khas dari doa ini adalah tidak bertele-tele, bisa dilakukan kini-di sini, seperti mesin cuci “cepat cuci, cepat kering, langsung pakai”, atau player musik yang “tinggal colok kabel dan play”. Examen tidak dimaksudkan untuk menjadi atau memberikan sebuah pengalaman (rohani atau mistik) yang mendalam. Examen dirancang untuk menjadi momen sederhana kini-di sini untuk mengingatkanku akan kehadiran Tuhan dan mengarahkan hidupku pada-Nya. Hal ini bukan berarti bahwa tidak ada hal yang besar atau penting yang dapat terjadi selama Examen.
Biasanya, Examen dilakukan di tengah jam kerja atau di akhir hari yang panjang dan melelahkan. Maka, Examen memang dimaksudkan untuk menjadi cara berdoa yang benar-benar kini-di sini dan tidak membutuhkan tahap-tahap meditasi yang lengkap. Beberapa orang merasa terbantu dengan memasang alarm atau jam weker selama 10 sampai 15 menit supaya mereka tidak perlu bolak-balik melihat jam.
Aku tidak perlu terlalu terpaku untuk mengikuti tuntunan Examen yang disediakan setahap demi setahap. Aku tidak harus menunggu jawaban dari
suatu tahap sebelum berlanjut ke tahap berikutnya. Examen bukanlah soal matematika! Tuntunan yang ada lebih berfungsi untuk memberi pertimbangan bagiku mengenai titik tertentu mana yang kira-kira di sana Tuhan ingin menunjukkan “sesuatu” padaku. Proses ini bisa diibaratkan seperti orang tua yang membantu anaknya mencari telur Paskah, “Mungkin di situ nak? Sudah ke sebelah sana blom?” Ketika aku menemukan titik itu, aku meninggalkan hal-hal yang lain dan tinggal di sana bersama Tuhan selama beberapa saat sebelum berlanjut.
Sayangnya, Examen Ignasian terlalu sering dimengerti sebagai Pemeriksaan Hati (dalam Latihan Rohani 30 hari). Memang, keduanya membuatku melihat kembali hidupku secara menyeluruh. Namun, keduanya punya tujuan yang berbeda. Pemeriksaan Hati (dalam Latihan Rohani 30 hari) bertujuan menyiapkan diriku untuk melakukan pengakuan dosa dan menerima Sakramen Rekonsiliasi sedangkan Examen Ignasian lebih luas dari itu. Tujuan dari Examen Ignasian adalah untuk melihat secara utuh bersama Tuhan hidupku yang telah-sedang-akan aku hidupi. Yang ditinjau tidak melulu sisi-sisi negatifku melainkan juga sisi-sisi positif dalam hidupku.
Merefleksikan kedosaanku adalah salah satu anugerah yang terkandung dalam Examen Ignasian. Namun, aku harus berhati-hati agar tidak terjebak pada rasa bersalah, kedosaan, kegagalan. Berkutat dengan kedosaan – merefleksikannya, meratapinya, mencari jalan pertobatan darinya – sama saja membuatku terpusat dan sibuk dengan diriku sendiri.
Karena terlalu praktis, terkadang kesadaran bahwa Examen merupakan doa bisa hilang dan berganti menjadi sekadar latihan belaka. Agar esensinya sebagai doa tetap terjaga, maka Examen harus berpusat pada Tuhan. Maksudnya,
Tuhan memang lebih sering “diam” dan oleh karenanya Ia dapat terasa sangat jauh. Iman kita mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah jauh – Ia hadir
dalam setiap molekul di tubuh kita. Tetapi kita sering tidak merasakan kehadiran Tuhan. Tidak apa-apa! Jangan khawatir. Pengalaman ini normal dan bahkan juga dirasakan para Kudus dari Teresa Avila, Teresa Lisieux, hingga Teresa Calcutta. Untuk menjadi doa, kita tidak perlu merasakan kehadiran Tuhan setiap saat, kita hanya perlu mengarahkan diri pada-Nya, terorientasi pada-Nya. Kita sebenarnya tidak harus mendengar Tuhan yang berbicara, kita hanya perlu membuka telinga untuk mendengarkan jika seandainya Ia mengatakan sesuatu. Selama kita terbuka untuk mendengarkan, kita akan semakin terarah pada-Nya, entah Ia mengatakan sesuatu atau tidak.
Baik apabila kita mulai mengembangkan cara-cara pribadi untuk memulai dan mengakhiri Examen. Beberapa orang memulai Examen mereka dengan mendoakan Bapa Kami, atau menyanyikan lagu singkat seperti “Amazing Grace”, atau dengan mengulang-ulang ayat favorit dari Kitab Suci. (“Hatiku siap, ya Allah. Hatiku siap.” – Mzm 57: 7) Orang lain ada yang membungkuk terlebih dahulu di suatu tempat untuk menjadikannya sebagai tempat berdoa. Orang Katolik biasanya akan membuat tanda Salib. Beberapa orang merasa terbantu dengan perlahan-lahan menarik dan menghembuskan napas panjang. Intinya, aku memiliki cara yang sederhana, singkat, dan khusuk untuk mulai masuk ke dalam doa dan mengakhirinya untuk kembali ke hidup harian.
Santo Ignasius menyarankan 5 tahap berikut; mencecap-cecap (Relish) anugerah yang kuterima, memohon (Request) bimbingan Roh Kudus, memutar kembali (Review) hariku, melakukan pertobatan (Repent) atas kesalahan-kesalahanku, dan membangun niat (Resolve) untuk hidup lebih
baik di hari esok.
Usahakanlah Engkau duduk dengan relaks dan damai. Bagi yang masih berjalan, berhentilah barang sejenak di tempat yang membuatmu nyaman dan tenang.
Tema: Kejujuran
Untuk memulai eksamen, duduklah dengan rileks, bernapaslah secara teratur, dan kita buat tanda kemenangan Kristus, “Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin.”
Pejamkanlah mata, rasakan perasaan-perasaan yang muncul dalam hati… fokuslah pada perasaan yang dominan… rasakan dan jadilah hening. Dalam keheningan ini tengok kembali bagaimana hari ini aku bersikap dan berperilaku jujur:
Ingatlah dan rasakanlah, sadari semua itu sebagaimana adanya.
Mari kita teladani sikap jujur dan tidak mencari muka dari Yesus, Guru, dan Tuhan kita, agar kita tidak angin-anginan, tidak sekadar mencari aman, melainkan berani memihak yang benar.
Jika teman-teman tergerak oleh sesuatu yang dirasa bermakna, baiklah hal itu ditulis dalam buku jurnal harian supaya menjadi khazanah berharga yang tidak mudah terlupakan …
Mari kita akhiri eksamen siang ini dengan berdoa: Tuhan, ajarlah kami bersikap jujur dan tidak mencari muka. Ajarlah kami bersikap berani dan tegas melawan ketidakjujuran. Amin.
Tema: Sikap Murid
Untuk memulai eksamen, ambil sikap duduk yang pantas untuk berdoa, dan kita buat tanda kemenangan Kristus, “Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh
Kudus. Amin.” Pejamkan mata, dengarlah suara-suara di sekitar, dengarlah suara hatimu sendiri … dan jadilah hening.
Dalam keheningan ini tengok kembali perjalanan hari ini:
Perhatikanlah pengalaman paling berkesan dan cermati pengalaman itu hendak mengajarkan apa padaku.
Mari kita timbang-timbang pengalamanku hari ini dengan interaksi Yesus Sang Guru dan Tuhan bersama dengan para murid-Nya, yang membimbing dengan lembut dan keras.
Jika teman-teman tergerak oleh sesuatu yang dirasa bermakna, baiklah hal itu ditulis dalam buku jurnal harian supaya menjadi memori berharga yang tidak mudah terlupakan …
Mari kita akhiri eksamen siang ini dengan berdoa: Tuhan, tumbuhkan dalam diri kami sikap seorang murid yang siap belajar dari peristiwa gembira
atau duka supaya kami semakin berarah kepada kesempurnaan kami masing-masing. … (doa-doa lain). Amin.
Tema: Tanggung Jawab atas Talenta
Untuk memulai eksamen, duduklah dengan rileks, bernapaslah secara teratur, dan kita buat tanda kemenangan Kristus, “Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin.”
Pejamkan mata, sadari perasaan-perasaan tubuh kita mulai dari kepala, badan, kaki, dan sebaliknya … Sadari perasaan paling dominan, mungkin rasa penat atau pening, .. dan jadilah hening.
Dalam keheningan ini ingatlah kembali bagaimana aku memanfaatkan daya-daya jiwa sejak bangun pagi hingga siang hari ini:
Jika teman-teman tergerak oleh sesuatu yang dirasa bermakna, baiklah hal itu ditulis dalam buku jurnal harian supaya menjadi kekayaan pribadi berharga yang tidak mudah terlupakan.
Marilah kita berdoa: Tuhan, ajarlah kami memahami dan menepati hak dan wajib secara benar. Ajarlah kami hidup bermakna bagi kami sendiri maupun orang lain yang membutuhkan, demi kemuliaan-Mu dan demi keselamatan kami. Amin.
Tema: Terima kasih atas …
Aku mulai eksamen seperti biasa. Spontan, kubuka percakapan dengan Tuhan mengenai hal-hal, orang-orang, dan pengalaman-pengalaman yang
membuatku merasa sangat bersyukur. Kukatakan pada-Nya,“Tuhan, terima kasih atas …” dan kuberi kebebasan bagi pikiranku untuk berkelana dari satu anugerah ke anugerah lain dalam hidupku, tanpa menyetirnya ke sana atau sini dengan kesadaranku. Kucermati apa yang sedang dikatakan hati dan jiwaku pada Tuhan saat ini. Setelah itu, aku catat beberapa hal agar menjadi memori berharga bagiku. Lalu aku tutup Eksamen ini dengan doa Bapa Kami.
Tema: Maafkan aku karena …
Aku mulai eksamen seperti biasa. Lalu, pada Tuhan kukatakan hal-hal, orang-orang, dan pengalaman-pengalaman yang membuatku merasa tidak enak, bersalah, buruk. Kukatakan pada-Nya,“Tuhan, maafkan aku karena …” dan kubiarkan diriku melanjutkannya. Kudengarkan dengan seksama apa yang sedang dikatakan hati dan jiwaku pada Tuhan saat ini. Setelah itu, aku catat beberapa hal agar menjadi memori berharga bagiku. Lalu aku tutup Eksamen ini dengan doa Bapa Kami.
Tema: Bantulah aku dengan …
Aku mulai eksamenku seperti biasa. Dengan Tuhan kubicarakan hal-hal, orang-orang, dan pengalaman-pengalaman yang akan kujumpai di masa depan di mana aku membutuhkan pertolongan Tuhan. Aku bicarakan pula dengan Tuhan akan hal, orang, dan pengalaman di mana saat ini aku membutuhkan bantuan-Nya. Sambil memikirkan hari ini dan yang akan datang tersebut, kuberdoa, “Tuhan, bantulah aku dengan …” dan kubiarkan diriku melanjutkannya. Kuperhatikan apa yang sedang dikatakan hati dan jiwaku pada Tuhan saat ini. Setelah itu, aku catat beberapa hal agar menjadi memori berharga bagiku. Lalu aku tutup Eksamen ini dengan doa Bapa Kami.
Sang Sabda yang menjelma, ajarilah aku berjiwa besar
sebagaimana mestinya bagiku.Ajarilah aku memberi
tanpa pamrih, berjuang tanpa mengeluh, bekerja tanpa
mengharapkan imbalan.Ajarilah aku untuk sepenuhnya
menyerahkan diri kepada kehendak Allah; sebab satu-
satunya yang kuharapkan ialah hasrat yang tulus untuk
selalu melaksanakan kehendakNya di dalam segala sesuatu.
Amin.
[St. Ignatius Loyola]
Bapa Abadi, kuatkanlah aku
Putra Abadi, kuatkanlah aku
Roh Kudus, kuatkanlah aku
Tritunggal Kudus, kuatkanlah aku
Tuhanku yang Maha Esa, kuatkanlah aku.
[St. Ignatius Loyola]
Ambillah Tuhan,
Dan terimalah kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku,
dan segenap kehendakku, segala kepunyaanku dan milikku.
Engkaulah yang memberikan, padaMu Tuhan kukembalikan.
Semuanya milikMu, pergunakanlah sekehendakMu.
Berilah aku cinta dan rahmatMu, cukup itu bagiku.
[St. Ignatius Loyola]
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cintakasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur dari pada dihibur,
memahami dari pada dipahami, mencintai dari pada dicintai.
Sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni,
Dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.
[St. Fransiskus Asisi]
Tuhan, anugerahkanlah kepadaku: agar aku mendapatkan pengertian yang lebih
mendalam mengenai Engkau, lebih mencintai Engkau, dan mengikuti Engkau
lebih dekat lagi.
[Latihan Rohani St Ignatius Loyola, 104]
Ya Tuhan, aku cinta padaMu, aku cinta padaMu, bukan lantaran aku
mengharapkan surga bagiku, bukan lantaran kecut hati tersulut kobaran api
abadi.
Engkau, Engkau, Yesusku – demi aku – Engkau wafat membentangkan tangan,
menderita tusukan paku tikaman tombak, wajah memar cemar, sedih pedih hati
tak terukur, peluh, menating keprihatinan dan menyangga beban, dan akhirnya
Engkau mangkat … Ini semua demi aku!
Dan Engakau melihat menerawang terang aku berdosa …
Lalu, aku, mengapa aku tak cinta padaMu, Yesus, jika Engkau sedemikian cinta
padaku?
Bukan lantaran aku ingin meraih surga, bukan lantaran aku akan terbebas dari
neraka, bukan lantaran demi untung yang terkandung.
Melainkan, sebagaimana Engkau cinta padaku, aku pun cinta padaMu, dan
akan selalu begitu.
Demi pamrih apakah, ya Tuhan, aku cinta padaMu selain lantaran Engkau
adalah Raja dan Allahku?
[St. Fransiskus Xaverius versi John Hopkins, SJ]
Allah, Bapa yang Mahakuasa,
demi kemuliaan-Mu yang lebih besar,
aku persembahkan perjuangan diriku kepada-Mu,
bersama Yesus, Tuhan dan Sahabatku.
Berilah aku hati Putra-Mu
Hati yang peka dan mampu merasakan kehadiran-Mu dalam segala peristiwa
kehidupan,
sehingga aku mampu berbuat baik bagi sesamaku: keluarga, sahabat dan
khususnya mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kesulitan.
Berilah aku mata Putera-Mu
Mata yang tajam melihat kehadiran Mu dalam segala ciptaan dan kekayaan
alam negeri ini, sehingga aku berani terlibat untuk menjaga kelestarian dan
keutuhan alam ciptaan-Mu.
Berilah aku telinga Putera-Mu
Telinga yang tajam mendengarkan suara panggilan-Mu untuk membawa damai
serta kerukunan dalam persahabatan dengan sesama yang berbeda agama,
kepercayaan, dan pandangan hidup.
Akhirnya,bersama Bunda Maria dan Santo Ignasius Loyola,
serta para Kudus pejuang iman dan pencinta lingkungan kehidupan,
aku persembahkan seluruh tekad dan impianku kepada-Mu,kini dan sepanjang
masa. Amin
Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih dan mahabaik bagiku.
Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah yang maha-murah, ampunilah aku, orang berdosa.
Amin.
Di doakan pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00
Maria diberi kabar oleh malaikat Tuhan,
Bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Salam Maria 1x
Aku ini hamba Tuhan,
Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.
Salam Maria 1x
Sabda sudah menjadi daging,
Dan tinggal diantara kita.
Salam Maria 1x
Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, Supaya kami
dapat menikmati janji Kristus.
Ya Allah, karena kabar malaikat kami mengetahui bahwa Yesus Kristus Putra-Mu menjadi manusia. Curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami, supaya karena sengsara dan salib-Nya, kami dibawa kepada kebangkitan yang mulia. Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami.
Amin.
Didoakan pada jam 6.00, 12.00, dan 18.00 di Masa Paskah
Ratu surga bersukacitalah, Alleluya,
Sebab Ia yang sudi Kau kandung, Alleluya!
Telah bangkit seperti disabdakan-Nya, Alleluya,
Doakanlah kami pada Allah, Alleluya!
Bersukacitalah dan bergembiralah, Perawan Maria, Alleluya,
Sebab Tuhan sungguh telah bangkit, Alleluya!
Marilah berdoa. (Hening)
Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan Putra-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus.
Kami mohon, perkenankanlah kami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama bunda-Nya, Perawan Maria.
Demi Kristus, pengantara kami.
Amin.
(Kalau doa ini diucapkan sendiri oleh yang berulang tahun, kata ganti ‘kami’, ‘dia’, dan ‘nya’ supaya diganti atau disesuaikan.)
Allah yang mahakuasa, pencipta umat manusia, pada hari gembira ini kami memuji kebesaran-Mu. Engkau telah menciptakan …. (nama) dengan penuh kasih.
Kami bersyukur kepada-Mu karena misteri kejadiannya; sungguh ajaiblah yang telah Engkau kerjakan.
Seperti kelahiran dan hidup Yesus, membawa damai dan sukacita, semoga hidupnya pun membawa damai dan sukacita bagi sesama.
Terima kasih, ya Bapa, atas penyertaan-Mu sepanjang perjalanan hidupnya. Terima kasih pula, Engkau selalu membesarkan hatinya di saat ia mengalami duka dan kecemasan. Semoga hari bahagia ini menguatkan imannya akan Dikau.
Kami bersyukur kepada-Mu atas segala anugerah yang ia terima selama tahun yang silam. Kami bersyukur kepada-Mu karena segala simpati, persahabatan dan kasih sayang yang ia rasakan dari orangtua, sanak saudara dan handai taulan. Kami mohon agar hari-hari yang akan ia lalui ini membawa bahagia: semoga ia dapat bekerja lancar, dan usahanya semakin berkembang. Tetapi lebih dari itu semua, semoga ia tak pernah terpisah dari-Mu, apa pun juga yang akan terjadi, sebab Engkaulah tumpuan hidupnya; semoga Engkau menyertai dia hari ini, besok, dan sepanjang hayatnya.
Amin.
Allah yang mahakuasa, kasihanilah hamba-Mu yang sakit ini. Dalam iman kepada-Mu aku mengaduh. Hari-hari kesengsaraan kini mencekam aku. Batinku tertekan, hari-hari yang sunyi melanda diriku. Dalam kesesakanku ini aku ingat akan Yesus yang berkeliling di seluruh Galilea untuk mengajar, memberitakan Injil serta melenyapkan segala penyakit, dan kelemahan. Dialah penyelamat yang kucari, penyembuh yang sejati dan penuh kasih. la telah turun dari surga ke dunia untuk mengunjungi orang-orang-Nya yang sakit. Utuslah Dia agar sekarang pun la mengunjungi aku. Biarlah pada hari-hari aku sakit ini la mengajar aku, memberitakan Injil-Nya, dan melenyapkan penyakitku.
Semoga karena ajaran-Nya aku selalu ingat akan Dikau, Allah yang telah menciptakan aku. Dan semoga penyakit yang kuderita ini menyadarkan aku akan kelemahanku, dan membangkitkan iman serta harapan akan kuasa penyembuhan-Mu. Semoga pengalaman sakit ini membuat aku lebih dekat dengan Dikau, lebih berkenan kepada-Mu, dan bersikap lebih tulus.
Bapa, aku bersyukur kepada-Mu atas kasih yang diberikan oleh saudara-saudara yang merawat dan melawat aku. Balaslah kasih mereka dengan berkat yang melimpah, dan apabila tugas pelayanan mereka di dunia ini sudah usai, perkenankanlah mereka menerima Kerajaan yang telah Kau sediakan bagi mereka sejak dunia dijadikan, sebab apa yang mereka lakukan bagiku telah mereka lakukan bagi Tuhan Yesus sendiri.
Ingatlah juga, ya Bapa, akan semua orang yang sakit. Tabahkanlah mereka, dan berilah kesembuhan. Engkaulah penyelamat, dan hidupku, Engkaulah penghibur, dan penebusku, Engkaulah harapanku di dunia ini, dan mahkotaku di dunia yang akan datang. Kasihanilah aku, ya Bapa, demi Yesus Kristus, penyembuh yang sejati, kini dan sepanjang masa.
Amin.
Allah, pangkal kehidupan semua insan, Engkau telah memanggil … dari tengah-tengah kami untuk kembali ke hadirat-Mu. Dia sekarang berada di pangkuan-Mu. Tetapi kami tetap merasa bersatu dengan dia. Sebab kami semua adalah putra-Mu, kami sama-sama anggota Tubuh Kristus yang satu, warga persekutuan kaum beriman dahulu, kini, dan yang akan datang.
Kami yakin bahwa hidupnya hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan; dan bahwa suatu kediaman abadi
kini tersedia baginya di surga: Didasari oleh keyakinan ini, semoga dalam menghadapi maut yang tak terelakkan kami tidak lagi merasa takut, karena sungguh-sungguh didukung oleh harapan akan hidup abadi yang Kau janjikan kepada kami.
Bapa, ampunilah segala dosanya, dan terimalah dia dalam pangkuan kasih-Mu. la telah mati seperti Kristus; maka perkenankanlah ia pun bangkit seperti Kristus.
Kami berdoa pula bagi semua orang yang telah Kau panggil mendahului kami. Karena belas kasih dan kerahiman-Mu, semoga mereka memperoleh kebahagiaan bersama para kudus-Mu.
Ya Bapa, semua harapan ini kami haturkan kepada-Mu dengan pengantaraan Yesus Kristus, dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
Amin.